logo blog

Sheila Guru Seks Pribadiku


Kisah nyata ini aku awali dengan diterimanya bekerja di salah satu perusahaan ternama di kawasan Kuningan, Rasuna Said Jakarta sekitar bulan Juni tahun 1998 (persis setelah menyelesaikan kuliah di Yogyakarta). Walaupun masih level staff namun salary yang saya terima lebih dari cukup untuk statusku yang masih sendirian (benar lho, bahkan belum pernah pacaran).

Saat pertama kali interview aku diterima oleh Receptionist-nya, sebut saja namanya Sheila. Waktu itu aku sama sekali tidak begitu memperhatikannya (maklum sedikit grogi, interview yang pertama kali). Walaupun sekilas wajahnya memang cukup cantik dengan kulit putih bersih serta tinggi sekitar 170 cm lumayan tinggi.

Akhirnya aku diterima bekerja dengan masa percobaan 3 bulan (sekarang sudah pegawai tetap). Aku mulai akrab dengan Sheila yang diawali dengan makan siang dan pada waktu itu ia sedang "free" karena barusan pisah dengan pacarnya (ia menceritakan kepadaku secara detail mengenai pacarannya).

Sejak itulah aku sering bareng sama dia kalau pulang dari kantor, hingga suatu hari ia mengajakku sesudah pulang kantor nanti (dia mau membicarakan sesuatu) ke tempat kosnya dimana ia bisa leluasa untuk bercakap-cakap (kebetulan juga waktu itu anak-anak kos lainnya pada pulang kampung).

"Abeng (nama samaran)", katanya sambil menutup pintu kamar (kos-nya cowok boleh mengobrol dikamar).
"Ya, Sheil.. " jawabku sambil menyeruput Es teh manis yang disediakannya."Masa selama ini kamu nggak ngerasa apa-apa?"
"Apa-apa gimana sih maksudmu", jawabku benar-benar nggak tahu.
"Apakah aku harus berterus terang kepadamu mengenai perasaanku", suaranya mulai agak lembut.

Aku agak kaget mendengar nada bicaranya (memang akhir-akhir ini dia kalau memandangku agak terkesan menatap) namun aku tidak mempersoalkannya karena takut ke-GR-an. Disamping itu aku jarang bisa akrab, sering grogi bila bersahabat akrab dengan yang namanya wanita (mungkin sifat maluku yang agak tidak bisa aku kurangi).
"Lho kalau memang kamu mau menceritakan, terus terang ajalah", jawabku datar.

Akhirnya dia mengutarakan bahwa sejak bertemu waktu pertama kali denganku ada rasa "bagaimana" dalam hatinya. Dan setelah menunggu cukup lama (katanya sih dia sudah kasih signal-signal tapi aku nggak begitu meresponnya) dia memberanikan diri mengungkapkan perasaannya.

"Sheila, sebenarnya aku sudah lama memendam perasaan itu, namun kamu tahu sendiri kan aku orangnya kayak gimana..., aku tahan perasaan itu", jawabku sekenanya karena pada dasarnya hatiku tidak mencintainya, cuma mengakui bahwa dia cukup cantik, itu saja.

"Benar Beng", jawabnya sambil menatapku dalam-dalam, aku mangangguk. Beberapa detik kemudian wajahnya hanya beberapa centi dengan wajahku. Secara refleks kukecup keningnya, pipinya dan akhirnya kukecup lembut bibirnya. Dia rupanya cukup agresif bahkan sambil menggigit kecil lidahku dan mempermainkannya.

"Ehm... ehm... ehm..." desahnya halus sambil tangannya melingkar di pundakku. Secara naluriah tanganku mulai mengusap-usap punggungnya (walaupun Sheila masih memakai pakaian kerja. Hal ini berlangsung kira-kira 5-10 menit).

Lama-lama tanganku mulai gentayangan ke dadanya lalu menyusup ke balik bajunya. Dengan lembut aku mengusap-usap susunya (walaupun masih tertutup BH). Mungkin karena sama-sama bernafsu maka hanya dalam beberapa menit kami sudah berbugil ria.

Aku bergumul dengannya cukup lama, sambil tidak melepaskan ciuman bibir dan tanganku meremas-remas susunya. Sedangkan tangannya mulai mengelus-elus penisku yang sudah tegang berat.

Aku memciuminya dari bibir, kuping, leher, susu dan akhirnya sampai ke kemaluannya. Desahannya semakin sering dan agak kencang volumenya. Tanpa kusadari tangannya mememagang penisku dan langsung mengarahkannya ke vaginanya.

Aku naik turun dengan sepenuh nafsuku sampai... "Akh... ss... akhh..." desahan Sheila makin kuat sambil tangannya menjambak rambutku. Bibirku juga digigitnya kuat-kuat. "Aku hampir keluar Beng!" jawabnya sambil meracau.

"Tunggu Sebentar", pintaku padanya sambil tanganku semakin keras meremas susu kirinya, sedangkan susu kanannya aku hisap dalam-dalam.

Akhirnya puncaknya berbarengan denganku, "sshh... uhh... oohh... Abeengg, Sheila keluaar..." katanya.

"Ohh... Sheeiill aku juga..." kataku.

Setelah itu aku cium keningnya dan juga bibirnya dengan lembut, aku lihat matanya menetes membasahi pipi. Ternyata bagi Sheila dan diriku ini adalah yang pertama kalinya.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Copyright © 2013. Cerita Hot Bikin Horney/Sange - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger