logo blog

Ketemu Mantan Kekasih Ketika Liburan

Aku ingin membagi sedikit pengalamanku. Semua nama dalam kisahku ini sengaja kusamarkan (bukan nama sebenarnya).

"As... Astuti!" tegur seorang laki-laki tampan memanggilku ketika aku sedang window shopping bersama Esther, putri sulungku di Pondok Indah Mall akhir Desember 1996. Aku merasa seperti disambar halilintar, karena Agus mantan pacarku kini berada didepanku.
"Gus...? Sama siapa?" tanyaku sedikit bergetar.
"Sendirian, aku baru selesai seminar di Jakarta", jawab Agus sambil menggenggam erat tanganku.
"Besok aku pulang ke Surabaya", sambungnya.
Tatapan matanya tetap romantis seperti dulu, genggaman tangannya juga mengalirkan denyut-denyut aneh yang langsung menggetarkan hatiku.

Aku menjadi salah tingkah seperti gadis belasan tahun, padahal umurku sudah 40 tahun lebih.
"Eh kenalkan dulu, ini Esther anak sulungku", aku mengalihkan pembicaraan.
"Hallo Esther, cantik sekali anakmu, seperti ibunya", pujinya.
Esther hanya tersenyum malu, namun tidak menjawab apa-apa, karena memang dia tidak terlalu pandai berbahasa Indonesia. Walau baru berusia 16 tahun, tubuh Esther sangat jangkung dan dia memiliki wajah yang cantik. Maklum, Johann, ayahnya adalah orang Belanda totok.

"Ayo... temani aku makan siang", ajak Agus. Kami bertiga makan di Bakmi Gajah Mada. Beruntung Esther tidak terlalu mengerti isi percakapan kami. Aku hanya bilang, bahwa Agus adalah teman sekolahku di Delft dulu.

"Kamu tinggal dimana sih sekarang?" tanya Agus penuh penasaran. "Sepulangku dari Holland kamu betul-betul hilang dari peredaran", dengan gemas Agus memberondongku dengan pertanyaan.
"Kan aku sering nulis surat buatmu?" aku membela diri.
"Masa sih, aku tidak pernah menerimanya selembar pun", ujarnya bersungguh-sungguh.

Kami berdua terdiam, merenung sejenak, dan memang demikianlah kenyataan yang ada sekarang. Pada awal tahun 70-an kami berdua sama-sama belajar di TH. Delft. Ingatan kami melayang kemasa-masa indah ketika kami masih pacaran di sana. Sayang hubungan kami tidak direstui orangtua Agus karena mereka akhirnya mengetahui bahwa aku bukan berasal dari keluarga yang berada. Aku bisa berangkat kesana juga karena memperoleh bea-siswa dari sebuah perusahaan Belanda.

Ketika Agus selesai dengan studynya, orang tuanya memanggilnya pulang dan belakangan kuketahui bahwa keluarganya telah memilihkan pasangan hidupnya, yaitu anak seorang konglomerat yang terkenal. Aku yakin bahwa surat-suratku pasti terkena sensor ketat orangtuanya.

Singkat cerita, aku tetap tinggal di Delft dan menikah dengan Johann, asisten yang sejak dulu mengejarku, bahkan ketika aku masih berpacaran dengan Agus. Saat ini aku sedang berlibur di Jakarta bersama kedua anakku, sementara Johan tidak dapat meninggalkan tugasnya yang segudang itu.
"Untung benar si Johann, akhirnya dia yang dapet kamu..." keluh Agus dengan menghela nafas.

Dari cerita Agus kuketahui juga bahwa ia telah menjadi kontraktor yang sukses dan memiliki dua anak laki-laki.
"Anakku juga dua, tetapi perempuan dua-duanya. Padahal aku ingin punya anak laki-laki", kataku dengan nada iri.
"Abis si Johann kurang jago bikinnya sih..." candanya. Ah, celetukan seperti ini yang membuatku selalu teringat padanya.
"Ajarin dong..." aku menimpali candanya.
"Kamu serius..." tanyanya.
"Aku ingin bersamamu, berdua saja...", kataku.

Akhirnya kami membuat janji untuk bertemu sorenya di hotel tempatnya menginap. Aku mengarang cerita dulu dan menitipkan anakku pada ibuku. Begitu Agus membuka pintu kamarnya, ciumannya segera mendarat di bibirku. Lidahnya melumat lidahku, membuatku menggelinjang. Ciuman inilah yang kurindukan selama ini. Johann tidak bisa membuatku terangsang seperti ini.

Terus terang, aku belum pernah merasakan orgasme dengan Johann. Penisnya memang sangat besar, tetapi ia tidak bisa tahan lama. Mungkin karena aku tidak terlalu terangsang, maka dinding vaginaku tetap kering dan sempit. Kondisi ini membuat Johann hanya mampu bertahan sebentar dan langsung mencapai klimaks. Selama bertahun-tahun perkawinan kami, aku hanya melayani agar Johann lekas puas, berejakulasi dan setelah itu aku masturbasi sendiri sambil membayangkan sedang bersetubuh dengan Agus.

Dan kini "Pangeran Impianku" ada di depanku, nyata, bukan khayalan lagi. Sentuhan tangannya pada puting susuku membuatku seperti terhempas. Kubuka ritsleting celananya, dan kuremas dengan ganas penisnya yang sudah tegang dan berwarna ungu kemerahan. Memang penis Agus kalah besar dibandingkan dengan penis Johann. Namun penis Agus sangat bersih, karena disunat.

Aku mengulumnya seperti es krim, nikmat sekali rasanya. Dalam keadaan bugil kami saling menjilat, meraba dan mencium seluruh bagian tubuh. Heran, vaginaku banjir. Padahal biasanya aku tidak bisa merasakan rangsangan seperti ini.

Sensasi ini lebih meledak lagi ketika Agus menjilati klitorisku, dan sesekali lidahnya masuk ke dalam lubang vaginaku. Aku sungguh tidak tahan, "Masukkin Gus", pintaku. Baru saja Agus memasang ujung penisnya kemuka lubang vaginaku, aku tarik pantatnya agar penisnya segera masuk. "Bless..." oh nikmatnya penis Melayu.

Goyangannya lain, sebab terasa sekali seluruh dinding vaginaku bergetar. Kenikmatannya kurasakan sampai di ubun-ubun. Dengan Johann yang kurasakan ialah rasa sesak, karena penisnya yang besar serasa mendesak masuk, dan dinding vaginaku tidak dapat memuai lagi. Aku tidak dapat merasakan apa-apa, hanya Johann yang keenakan karena terjepit vaginaku yang kering. Biasanya baru 3-4 menit Johann sudah ejakulasi.

Dengan Agus kurasakan kenikmatan yang luar biasa pada setiap gosokannya. Kami bergumul sampai 15 menit ketika untuk pertama kalinya kurasakan orgasme. Dinding vaginaku serasa tegang seperti berkontraksi, dan sensasi luar biasa ini menjalar dalam rongga perutku. "Oh... Nikmatnya", rasanya seluruh persendian tubuhku terlepas.

Tanpa kusadari, aku tertidur dengan pulas setelah itu. Ketika aku terbangun, kulihat Agus sudah menyiapkan teh di meja. Ia masih bertelanjang bulat membuatku horny kembali.
"Oh Agus...", keluhku dalam hati. Seandainya kamu jadi milikku, sudah sejak dulu aku merasakan kenikmatan maha dahsyat ini.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Copyright © 2013. Cerita Hot Bikin Horney/Sange - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger